SADIS‼️BANTAI HABIS HAMA KERA LIAR YANG MEMASUKI PERKEBUNAN WARGA//BERBURU KERA LIAR

Kera-kera ini dikenal cerdik dan nekat. Mereka beraksi secara berkelompok, datang di pagi atau sore hari ketika petani lengah. Pisang, jagung, dan singkong menjadi sasaran utama. Setelah menyerang, mereka kabur dengan cepat ke hutan, meninggalkan ladang porak-poranda. Tidak hanya tanaman yang rusak, tetapi juga peralatan pertanian dan properti warga sering kali ikut hancur.

Karena kerugian yang terus meningkat, warga pun terpaksa mengambil langkah ekstrem — berburu kera liar. Kegiatan ini dilakukan bukan semata karena kebencian, melainkan sebagai bentuk perlindungan terhadap hasil bumi mereka. Para pemburu lokal biasanya berkoordinasi dengan pihak desa, menggunakan alat sederhana seperti ketapel, jerat, atau senapan angin. Meskipun tampak keras, tindakan ini dianggap satu-satunya cara cepat untuk menekan populasi kera yang merajalela.

Namun, tidak sedikit yang menilai tindakan ini terlalu kejam. Aktivis lingkungan menilai bahwa masalah sebenarnya bukan pada kera, melainkan karena hutan tempat mereka tinggal semakin menyempit akibat pembukaan lahan. Saat habitat alami mereka rusak, kera-kera tersebut terpaksa turun ke kebun untuk mencari makan. Karena itu, beberapa organisasi konservasi kini mulai menawarkan solusi yang lebih ramah, seperti membuat pagar alami, menggunakan suara pengusir, atau menyediakan area khusus bagi satwa liar.

Konflik antara manusia dan kera liar menunjukkan betapa rapuhnya keseimbangan alam. Saat manusia memperluas wilayah pertanian, satwa kehilangan tempat tinggalnya. Akibatnya, pertempuran ini terus terjadi — manusia mempertahankan hasil panennya, sementara kera berjuang untuk bertahan hidup.

Meski banyak pihak mencoba mencari solusi damai, di lapangan, kenyataannya masih keras. Bagi petani kecil yang bergantung pada setiap hasil panen, kehilangan satu musim bisa berarti kelaparan. Itulah sebabnya, “perburuan kera liar” terus berlanjut — bukan sebagai hiburan, tapi sebagai perjuangan mempertahankan kehidupan di tengah tekanan alam yang semakin tidak seimbang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *