SANGAT GILA‼️ BERBURU MONYET EKOR PANJANG//KERA EKOR PANJANG ANAK KERA DITUMBANGKAN

Berburu hewan liar memang sudah lama menjadi aktivitas sebagian orang, baik untuk alasan tradisi, hiburan, maupun ekonomi. Namun, ada sisi gelap dari praktik ini, terutama ketika yang diburu adalah kera ekor panjang—primata cerdas yang hidup berkelompok dan memiliki ikatan sosial yang kuat. Saat perburuan dilakukan, bukan hanya satu individu yang menderita, melainkan seluruh kelompok, terutama bayi-bayi kera yang tak berdaya.

Dalam sebuah kejadian yang banyak menuai perhatian, sekelompok kera ekor panjang terlihat dikejar dan ditangkap secara brutal. Para pemburu tidak hanya menargetkan kera dewasa, tetapi juga anak-anak kera yang masih terlalu kecil untuk melarikan diri. Tangisan anak kera yang ditinggalkan induknya begitu memilukan, seolah mereka mengerti bahwa hidupnya sedang berada di ujung tanduk.

Kera ekor panjang adalah hewan yang sangat sosial. Mereka hidup dalam kelompok dengan struktur hierarki yang jelas. Induk kera biasanya sangat protektif terhadap bayinya, selalu menggendong, menyusui, dan melindungi dari bahaya. Namun, saat perburuan terjadi, induk kera sering kali harus membuat keputusan yang sulit—melawan pemburu dengan risiko mati, atau melarikan diri untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Situasi tragis inilah yang sering membuat anak kera ditinggalkan, tertangkap, atau bahkan dibunuh.

Bagi para pemburu, hewan-hewan ini sering dipandang hanya sebagai sumber uang atau hiburan. Ada yang menjualnya untuk perdagangan hewan ilegal, ada pula yang menjadikannya santapan. Padahal, di balik semua itu, kera ekor panjang adalah makhluk hidup yang memiliki perasaan, rasa sakit, bahkan kasih sayang terhadap keluarganya. Mereka mampu merasakan trauma, sama seperti manusia.

Anak kera yang ditumbangkan dalam perburuan biasanya menghadapi nasib paling menyedihkan. Tanpa induk, mereka tidak bisa bertahan hidup lama. Bayi kera sangat bergantung pada susu induknya untuk makan, serta pelukan hangat untuk kenyamanan dan perlindungan. Saat itu direnggut, dunia mereka runtuh. Teriakan tangis mereka bukan sekadar suara, melainkan panggilan minta tolong yang jarang sekali dijawab.

Perburuan kera ekor panjang juga menimbulkan dampak jangka panjang bagi ekosistem. Hewan ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam, terutama dalam penyebaran biji-bijian dan menjaga keragaman hutan. Jika populasi mereka terus berkurang, kerusakan ekologi bisa semakin parah.

Melihat kenyataan ini, wajar bila banyak orang menyebut perburuan tersebut sebagai tindakan “sangat gila.” Di satu sisi, manusia berusaha membangun kesadaran tentang pentingnya konservasi alam. Namun di sisi lain, praktik brutal seperti ini masih terus berlangsung, menghancurkan generasi kera demi kepentingan sesaat.

Kisah anak kera yang ditumbangkan harus menjadi cermin bagi kita semua. Apakah kita ingin dikenal sebagai manusia yang tega merenggut kehidupan makhluk tak berdaya? Ataukah kita mau berdiri sebagai penjaga alam, yang melindungi makhluk kecil itu agar tetap bisa hidup bebas di habitat aslinya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *