
Suatu sore yang cerah di pinggiran kota, suara riuh anak-anak bercampur dengan dentingan logam kecil menarik perhatian orang-orang yang sedang melintas. Rupanya ada pertunjukan topeng monyet—sebuah hiburan jalanan yang dulu sangat populer di banyak daerah Indonesia. Biasanya, satu monyet sudah cukup membuat kerumunan tertawa. Tapi kali ini ada kejutan: bukan satu, melainkan dua monyet yang tampil sekaligus! Tak heran jika suasana menjadi jauh lebih seru dan ramai.
Kedua monyet itu muncul dengan kostum sederhana. Satunya mengenakan baju lusuh kecil dengan topeng kayu berbentuk wajah manusia, sementara yang lain memakai topeng berbeda dengan gaya lebih jenaka. Begitu sang pawang memberi aba-aba, keduanya mulai beraksi. Mereka berdiri tegak, mengangkat tangan seolah-olah memberi hormat kepada penonton, lalu bergerak lincah mengikuti perintah.
Penonton yang tadinya hanya lewat pun berhenti sejenak. Anak-anak kecil bersorak gembira, beberapa bahkan bertepuk tangan mengikuti irama. Kehadiran dua monyet sekaligus jelas memberikan variasi yang lebih menarik. Satu monyet ditugaskan naik sepeda kecil, mengayuh dengan kaku namun lucu, sementara monyet satunya berperan sebagai “penjaga,” berdiri tegak dengan topeng yang menutupi ekspresi aslinya. Kombinasi mereka menimbulkan gelak tawa.
Tidak lama kemudian, atraksi semakin ramai. Monyet pertama dipakaikan helm mini dan diminta beraksi seperti polisi lalu lintas. Ia mengangkat tangan kanan, seolah-olah menghentikan kendaraan imajiner. Monyet kedua lalu berjalan menyeberang dengan langkah yang dibuat sengaja kikuk, membuat anak-anak makin terbahak. Beberapa orang dewasa pun tersenyum geli melihat kelucuan yang sederhana namun menghibur itu.
Namun, di balik keseruan tersebut, ada juga rasa iba yang muncul. Dari dekat terlihat bahwa kedua monyet itu terikat rantai di pinggangnya, dikendalikan oleh sang pawang agar tidak lepas. Sesekali, ketika mereka tidak menurut, sang pawang menarik rantai itu. Beberapa penonton tampak terdiam sejenak, menyadari bahwa di balik “serunya” pertunjukan, para monyet sebenarnya sedang bekerja keras di bawah kendali manusia.